Tuesday, March 07, 2006

Motivasi, Impian dan Antusias

Pasar malam dibuka disebuah kota.



Seluruh penduduk menyambutnya dengan gembira.



Ada berbagai macam permainan, stand makanan dan sirkus. Tetapi kali ini yang paling istimewa adalah atraksi menusia kuat. Setiap malam ratusan orang menonton pertunjukkan manusia kuat, Ia bisa melengkungkan baja hanya dengan tangan telanjang, Ia bisa menghancurkan batu bata tebal dengan tinjunya, Ia mengalahkan semua pria di kota itu dalam lomba panco. Tapi untuk menutup pertunjukannya ia hanya memeras sebuah jeruk dengan genggamannya. Ia mameras terus hingga tetes terakhir air jeruk itu terperas. Kemudian ia menantang para penonton. "Barangsiapa yang bisa memeras hingga keluar satu tetes saja air jeruk dari buah jeruk ini, akan kuberikan dia uang satu juta." Kemudian naiklah seorang laki-laki, atlit binaraga, keatas panggung. Tangannya kekar. Ia memeras dan memeras ... dan memeras... tapi tak setetespun air jeruk keluar. Sepertinya seluruh isi jeruk itu sudah terperas habis. Ia gagal. Beberapa pria kuat dari penjuru kota mencoba, tapi tak ada yang berhasil. Manusia kuat itu tersenyum-senyum. Kemudian ia berkata, "Aku berikan satu kesempatan terakhir. Siapa yang mau mencoba?" Seorang wanita kurus setengah baya mengacungkan tangan dan meminta agar ia boleh mencoba, "Tentu saja boleh nyonya. Mari naik ke panggung."



Manusia kuat itu membimbing wanita itu naik ke atas pentas. Beberapa orang tertawa terbahak-bahak bahkan mengolok-ngolok wanita itu. Wanita itu lalu mengambil jeruk dan menggenggamnya. Semakin banyak penonton yang menertawakannya. Lalu wanita itu mencoba memeras dengan penuh konsentrasi. Ia memeras ... memeras ... dan ... "ting" setetes air jeruk muncul terperas dan jatuh membasahi lantai panggung.



Para penonton terdiam terperangah. Lalu cemoohan mereka segera berubah menjadi tepuk tangan riuh. Manusia kuat memeluk wanita kurus itu, katanya. "Nyonya, aku sudah melakukan pertunjukkan semacam ini ratusan kali. Dan, ribuan orang pernah mencobanya agar bisa membawa pulang hadiah uang yang aku tawarkan, tapi mereka semua gagal. Hanya kau satu-satunya yang berhasil memenangkan hadiah itu. Boleh aku tahu. Bagaimana kau bisa melakukan hal itu?" "Begini" jawab wanita itu, "Jika suamimu sedang jatuh sakit keras dan tak bisa bekerja mencari nafkah, sedangkan kau memiliki delapan anak yang harus kau beri makan setiap harinya, lalu kau harus kuat mencari uang meski hanya seratus- duaratus rupiah, maka hanya memeras jeruk untuk mendapatkan satu juta rupiah bukanlah hal yang sulit." "Bila Anda memiliki alasan cukup kuat, Anda akan menemukan jalannya", demikian kata wanita yang bijak itu.



Seringkali kita tak kuat melakukan sesuatu bukan karena kita tidak mampu, tetapi karena kita tidak memiliki alasan yang cukup kuat. Orang yang berhasil adalah orang yang penuh dengan motivasi, impian dan antusias.

Bahasa Resmi Staplest

baca sampai penghabisan pasti enggal nyesel dech ini bahasa resmi ..... penting nih!

Stapler adalah benda berguna yang sering membantu kita. Mulai dari orang kantoran sampe tukang manisan, semua merasakan manfaatnya. Kalo sampe ilang serasa bencana. Orang yang suka minjem stapler dan ga balikin, terancam sanksi sosial berupa dicuekin di kantin. Stapler memegang peranan penting dalam kehidupan. Tapi apa balasan kita? Boro-boro menghargai, ngasih nama yang jelas aja enggak.

Benda malang ini telah lama hidup dengan nama yang sangat ambigu. Kadang memang kita menyebutnya stapler, sesuai nama aslinya. Tapi nggak jarang kita telah melekatkan nama-nama yang kurang terhormat bagi pembantu setia ini.
Sebut saja misalnya CEKREKAN, CEPRETAN, JEGREKAN, bahkan ada yang menyebutnya CEPROTAN. Keterlaluan sekali bukan? Benda ini pasti punya nama resmi dalam bahasa Indonesia. Masalahnya namanya apa? Jawabannya ditemukan dari majalah Tempo edisi 6-12, halaman 10, dalam kolom surat pembaca.
Kutipannya adalah:
...imbauan kepada seluruh masyarakat untuk memperlakukan uang rupiah dengan baik, di antaranya dengan tidak melipat, mengokot (stapling)...

STAPLING = MENGOKOT
Dengan demikian aman untuk kita simpulkan bahwa ternyata nama resmi untuk stapler adalah: PENGOKOT

Seandainya gue jadi si stapler, mungkin gue lebih memilih dinamain cekrekan daripada pengokot - entah kenapa tapi yang terbayang di benak gue saat mendengar kata itu adalah sebuah benda lembek yang bau, berjamur, dan nyaris busuk - tapi ya sudahlah.
Mari bersama-sama kita gunakan istilah resmi ini, untuk mempercepat proses penyerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya:

> ....di kantor: "Boss, ini reportnya perlu dikokot
> atau cukup dimasukkan ke map?"
>
> ....di tukang foto kopi: "Bang, gimana sih lu,
> masa mengokot aja nggak becus... kan jadi rusak
> fotokopian gue!"
>
> ....juga saat bercakap dengan teman: "Bawel banget sih
> jadi orang, lama-lama gua kokot juga bibir lu...!" :)